Selasa, 23 Juni 2015

Arus Bawah, Revolusi Mental Ala Cak Nun



NEGARA sedang kehilangan budaya luhur. Dekadensi moral terjadi di segala penjuru negeri. Pada saat bersamaan, para penegak hukum menghilang dari jagat raya. Demikian kira-kira yang ingin disampaikan Emha Ainun Nadjib dalam buku Arus Bawah ini.
Kritik itu disampaikan dengan kisah hilangnya Semar dari Karang Kedempel. Hilangnya Semar membuat warga resah. Lebih-lebih, sejak Semar lenyap, kondisi sosial masyarakat semakin runyam. Kesenjangan sosial terjadi di mana-mana. Pemimpin selalu absen dalam setiap persoalan yang dihadapi masyarakat.
 

”Semar adalah cermin agung. Cermin paling jernih dan adil di antara yang pernah dicapai oleh manusia,” ungkap Bagong kepada Gareng (hlm. 17). Namun Semar menghilang dari Karang Kedempel. Hal itu membuat ketiga anak Semar, yakni Gareng, Petruk, dan Bagong berdebat panjang bahkan hingga keluar umpatan-umpatan pedas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar